First of July 2010
Menuntut dan Maknanya.
Dalam hubungan dua insan penting kiranya bagi kita untuk banyak belajar memahami karakter, dimana mengkomunikasikan perasaan dan ketakutan bisa menjadi bagian tersulitnya. Karakter seseorang terbentuk kuat sejak dikandung badan dimana perubahan terbentuk seiring peradaban yang memakan waktu hmm..tidak sebentar. Hal penting lainnya, pribadi manusia muncul bermula dari historis keluarga yang beragam. Kalo saya boleh berujar..dalam menjalankan suatu hubungan yaitu pertemanan bisa juga percintaan sebaiknya tidak sekali-kali kita mencoba merubah karakter orang dengan menuntut. Menuntut secara definitif adalah meminta dengan keras dengan setengah mengharuskan supaya dipenuhi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995). Menyikapi titel tersebut, terdapat kaidah yang perlu kita telusuri makna secara sewajarnya. Kita bisa mereduksi makna “menuntut” untuk kemudian membahasakannya menjadi “mengingatkan”. Dalam hal ini terdapat kata-kata general yang harus kita garis bawahi yaitu batas dan wajar. Yap, mengingatkan sewajarnya dalam batas dan mengingatkan dalam batas yang wajar. Seorang bijak pernah mengingatkan saya,
“anakmu bukanlah anakmu tetapi anakmu adalah milik kehidupan”. Selaras dengan perkataan papa yang saya kutip di penghujung Mei lalu,
“teh, kita tidak bisa mengubah orang menjadi seperti yang kita inginkan, karena tak ubahnya kamu yang berasal dari historis kami yang berbeda-beda (mama papa.RED), orang lainpun begitu. Berubahlah untuk diri sendiri dan ciptakanlah perubahan. Hasil kemudian akan mengikuti”.
Maka, berangkat dari peran kita sebagai sahabat atau pacar, penting kiranya bagi kita untuk belajar menjadi pribadi yang memahami dan dapat menahan diri. Sesungguhnya umat manusia diciptakan Tuhan sejajar (Equal). Kita berdiri di bumi dengan satu hak dan penciptaan yang sama oleh Tuhan. Exactly, dalam hal apapun. Pendidikanlah yang membedakan satu umat manusia dengan yang lainnya. Pendidikan dan sistem nilai yang membuat manusia bisa saling menemukan kecocokan. Terserah apapun ras, suku, agama dan bangsanya. Dari Equal tersebut tentulah kita dapat menarik benang merahnya. Kemudian berlanjut pada sensitivity. Ciptakanlah persahabatan dan hubungan dengan kedekatan yang alami serta apa adanya. Adanya perasaan empati dan peduli serta sadar perasaan, perlu diupayakan demi kebaikan bersama. Yang terakhir adalah communication. Seperti yang telah disinggung diatas, mengkomunikasikan perasaan dan ketakutan bisa menjadi bagian tersulit. Perlu belajar memang untuk menciptakan bagaimana caranya untuk mewujudkan suasana nyaman sehingga kita sadar diri dan tahu batas untuk “menuntut” sehingga kemudian beralih maknanya menjadi “mengingatkan”.
Keyword: Equal, Sensitivity, Communication
Alda, format tulisannya mungkin bisa diubah jadi lebih longgar, supaya lebih friendly buat mata ;)
ReplyDeleteHeu, belum baca isinya :D
iya, tulisannya padet banget. isinya juga padet banget
ReplyDeletebetul betul betul, terutama tentang sensitivity & communication.
ReplyDeletememang batas antara care (mengingatkan) dengan intervensi (menuntut) itu tipis bgt.
perlu belajar banyak tentang dua hal itu.
*mutya: udah dirubah mut, hehe. btw, aku suka banget tulisan km tentang mimpi. SOPHISTICATED.
ReplyDelete*k'helmi: padet? hmm, tapi enak dibaca ngga? saya masih belajar nulis suhu..
*ismail: kalau saya pribadi yang namanya belajar itu adalah sebuah proses yang diulang2 supaya inget..nah, makannya nulis ttg hal ini supaya inget..hehe.
nah, ada sesuatu yang saya baca berulang-ulang, yaitu tentang "3 filter test" miliknya socrates. walo udah saya baca berulang-ulang, tapi masih saja belum bisa mengamalkan dengan baik, heu.
ReplyDeleteini saya copas. semoga bermanfaat.
----------------------------
In ancient Greece, Socrates was reputed to hold knowledge in high esteem.
One day an acquaintance met the great philosopher and said, "Do you know what I just heard about your friend?"
Hold on a minute," Socrates replied. "Before telling me anything, I'd like you to pass a little test. It's called the Three Filter Test."
Three filter?"
That's right," Socrates continued. "Before you talk to me about my friend, it might be a good idea to take a moment and filter what you're going to say. That's why I call it the three filter test.
The first filter is TRUTH. Have you made absolutely sure that what you are about to tell me is true?"
No," the man said, "actually I just heard about it and..."
All right," said Socrates. "So you don't really know if it's true or not. Now let's try the second filter, the filter of GOODNESS. Is what you are about to tell me about my friend something good?"
No, on the contrary..."
So," Socrates continued, "you want to tell me something bad about him, but you're not certain it's true. You may still pass the test though, because there's one filter left: the filter of USEFULNESS. Is what you want to tell me about my friend going to be useful to me?"
No, not really."
Well," concluded Socrates, "if what you want to tell me is neither true nor good nor even useful, why tell it to me at all?"
iya enak dibacanya. keren lah.
ReplyDelete