Budaya Antri.
Bukti konkrit kecelakaan dan kekisruhan yang berujung pada anarki banyak kita temukan dewasa ini sebagai hasil akibat budaya masyarakat kita yang kurang baik ini. Mengantri memang menjadi budaya yang begitu sulit dipraktekkan, pasalnya hampir semua kalangan usia tidak terbiasa antri. Yap, tepatnya budaya antri memang jelas bukan milik kita. Desak sana sini, semua punya prioritas, dikejar waktu dan semua yang egois ingin mendahulukan kepentingannya makin menambah carut-marutnya keadaan sehingga kesempatan berpikir jernih pun hilang. Jika dalam 1 barisan terdapat 50 orang yang mengantri dan seperempatnya berbuat kecurangan atau menyalip, maka bisa dibayangkan hal atau tujuan yang seharusnya tercapai menjadi terhambat bahkan tertunda pelaksanaannya. Dampak terbesar dari sikap ini bisa jadi sangat merugikan. Tergencet; terinjak; luka-luka; kehilangan sanak keluarga; sarana dan prasarana umum rusak kemudian perkelahian adalah konsekuensi yang harus dibayar mahal dari kebiasaan tidak suka mengantri.
Esensi dari mengantri adalah toleransi terhadap hak bersama dan waktu, dengan menggarisbawahi disiplin menahan diri demi kemaslahatan bersama. Sehingga, hal yang sederhana seperti ini pun (mengantri.RED) bisa menjadi esensial jika dilakukan bersama. Tentu saja perlu kuantitas lebih dalam meningkatkan kesadaran individu mengenai pentingnya kebiasaan hidup antri karena pengaruh lingkungan dan jenjang intelektual yang terlibat harus tetap disaring. Jika saya boleh berujar, sebaiknya pemerintah menetapkan satu kebijakan public policy dengan memetakan antri sebagai fokus utama layaknya Beijing yang ditetapkan pemerintah China sebagai kota percontohan bagi negaranya. Disini ada 3 players yang bermain yaitu tata tertib, aparat dan masyarakat. Bagaikan sebuah rantai kehidupan, tata tertib yang telah disahkan pemerintah secara mau-tidak mau mengikat masyarakat untuk menaati ketertiban kemudian ada aparat yang mengawasi penyelanggaraan kebijakan yang kemudian akan menindak tegas hal-hal yang out of the line. Tentu saja aparat harus JUJUR! agar masyarakat menjadi simpatik dan menerima apapun yang ditimpakan serta mampu menjadi contoh. Ada beberapa hal yang bisa diterapkan secara sederhana misalnya dengan memberi marjin antrian, mengecat lantai warna merah dan membatasi antrian dengan prasarana khusus sampai yang berbau teknologi semisal warning alert buatan anak bangsa yang akan berbunyi jika seseorang melintas pagar pembatas saat antri. Hal lainnya bisa juga dilakukan bimbingan konseling individu untuk menyadarkan terhadap pentingnya kebiasaan mengantri. Naif memang, mengingat kita belum tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari dari adanya konseling. Well, setidaknya kita berusaha berubah atau menyumbang aspirasi, karena saya rasa sangat sulit mengubah suatu peradaban masyarakat hanya dalam 1 tahun! Yap, perlu berkegiatan ekstra dan komphrehensif. Setidaknya dibutuhkan 1 dekade untuk mengubah suatu budaya yang notabene adalah kurang baik ke arah yang lebih baik. Sejak awal, saya benar-benar secara nyata menyadari betapa mengantri menjadi perilaku sosial yang begitu penting karena mampu mempengaruhi cara pandang dan sikap hidup bangsa untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian serta cinta negeri. Bahkan, harus dididik mulai dari awal generasi anak kita. Karena melalui budaya ini, seseorang dibiasakan dan dididik secara otodidak untuk sabar; mampu menahan diri; toleransi terhadap kepentingan orang lain juga belajar menghargai orang lain. Jika budaya antri sudah sukses mengakar kuat di masyarakat walhasil pemandangan ini akan sangat indah untuk dilihat, layaknya melihat semut yang berjalan rapi beriringan dan antri bergiliran masuk ke sarangnya. Kita sebagai masyarakat pun merasakan kepuasan tinggal di negara ini karena aman, tertib, teratur serta nyaman. Keadaan-keadaan tersebut bisa menjadi nilai plus yang seketika membawa negara kita mendapat penghargaan nyata yaitu berupa cap sosial yang positif. Saya sangat yakin keteraturan yang tercipta mampu mencuri perhatian wisatawan domestik maupun internasional untuk datang melancong karena keindahan budaya negara kita yang sangat senang mengantri.
.alda